Senin, 07 April 2008

Pembelajar Sejati

Ada satu pertanyaan yang cukup mengusik (buatku) di Sekolah Pra Nikah pekan kemarin. Saat itu kami membahas psikologi ikhwan dan akhwat. Point penting materi adalah dapat menerima perbedaaan dan tidak high-expectation. Seorang akhwat mempertanyakan cara menjaga semangat belajar dalam memahami pasangan hidup. "Cape dong..", kata beliau.
Rumah tangga, dimana dua kekuatan dihimpun, membawa misi khusus untuk tujuan mulia, yaitu mencapai ridha Allah (it's mine). Setengah dien inilah yang memacu aktivitas reaksi sehingga grafik fungsi kedewasaan berubah menjadi eksponensial. Mungkin distribusinya serupa dengan laju kedatangan penonton saat pintu teater tiga dibuka. Penyesuaian feromon pada masa pacing dengan pasangan hidup membentuk manusia menjadi pembelajar sejati. mengapa? Karena mencoba memaknai satu bentuk kemanusiaan adalah never ending journey. Toh manusia dipengaruhi oleh sejarah dan lingkungan. Variabel yang tidak konsisten dalam fungsi waktu. Walaupun sejarah merupakan bentuk keabadian, namun pemaknaannya bergantung pada kacamata kedewasaan.
Salah satu hal menarik dari belajar adalah ketakutan terhadapnya. Mungkin, ketakutan inilah yang menyebabkan Sistem Kebut Semalam masih diminati di kalangan pelajar dan mahasiswa (Hafiz dan kang Acung gak masuk sini, teman!). Karena belajar itu tidak hanya duduk di kelas saat kuliah atau berdiskusi di ruang MAC dengan sparing partner keilmuan. Belajar adalah poses untuk menjadi. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dan tidak mampu menjadi mampu, dsb. Dalam salah satu kajian yang diadakan oleh ust. Hervy, beliau mengatakan bahwa salah satu tujuan belajar adalah untuk mengangkat kebodohan dari diri sendiri dan orang lain. Belajar, dengan berbagai mekanisme dan alat bantu, merupakan proses perpindahan ke state yang lebih baik (analog dengan state Avatar-nya Aang, jika sudah bisa dikendalikan).
Proses belajar berlangsung setiap saat. Mari optimalkan pengambilan manfaat dari proses ini dengan kesadaran penuh. Jangan berkata terlambat! Karena kita juga sedang belajar untuk tidak kehilangan harapan. Sebesar harapan orang tua untuk kesembuhan anaknya yang menderita pregorio.
Salam pembelajar, kawan!

3 komentar:

AKA mengatakan...

very good writing. i am please to red it. thank you.

Anonim mengatakan...

Seorg penggmbala suatu hr menemui seorg kepala skolah. "Aku ingin sekolah", katanya. "Bgmn bs kmu sekolah d sini. ini sekolah menengah sdgkn KAMU (smbl menunjuk sinis) SD sj blm!", jwb sang bpk."seorg siswa HARUS 'menaiki tangga' satu persatu jk ingn melanjutkn ke tingkt yg lbh tinggi. dan alat bantu satu2nya agr kmu bs sekolah dsini adlh kamu harus sekolah dasar dulu", lanjutnya. Sang penggembala hampr b'sedih hati krn p'jalanannya 3 hari jln kaki serta 1 domba yg ia jual utk biaya pendidikn, sia2 sdh. Tp ia segera melebarkn senyum dn berkata, "aku memang tdk punya ijazah SD shg tdk bs menaiki tangga itu,tp aku punya sayap yg bs membawaku terbang menaiki jenjang berikutnya tnpa menaiki tangga. Bhkn hingga tingkat paling tinggi skalipun. Dan sayap2 itu adlh tekadku, imanku, nuraniku, serta pengorbananku..", sang penggembala tengadah. Sang bpk pun pergi dgn kesal sambil dtertawai olh org gila d samping mereka. "lantas kmn sayap2mu itu kawan? Aku tdk p'nah melihatmu terbang k awan gemawan lg. Apakh sayap2 itu adlh sayap2 patah? Jk hidupmu adlh terbang,lantas knp kamu tdk mengepakkan sayapmu?", kata org gila k arah penggembala namun kepalanya menoleh kemana2. Sang penggembala pun pergi dgn sdkt kesal meninggalkn org gila itu. Dan org gila itu pun melanjutkn p'jalanannya kmbali ke arah barat.

Unknown mengatakan...

"Belajar adalah poses untuk menjadi".
ada suatu kondisi yang terlewatkan sebelum 'proses' dan 'menjadi'. kondisi itu adalah 'berada'.
seorang sahrur menjadikan tiga kondisi itu sebagai siklus yang tak akan berkesudahan selama kita eksis di dunia ini.
kondisi ada; bodoh, kurang tau,dll..
kondisi proses; belajar, mencari...
kondisi menjadi; tahu, hapal, pintar..

dan ketika sudah dalam kondisi menjadi, maka itu merupakan kondisi berada yang baru. untuk berproses lagi dan menjadi lagi. lalu kemudian berada, berproses, menjadi...dst.

maka dari itu, apapun pun yang dihadapi (bukan hanya nikah dan belajar) adalah siklus dari the poccess of proccess itu tadi.

afwan kalo ngelantur.