Jumat, 23 Mei 2008

co-mother dan mamaku

pernah denger co-pilot kan? nah, malam kamis kemarin aku jadi co-mother untuk bayinya teh euis. tuker jaga sama mba iis, mba indah dan teh tita karena kang arif lagi keluar kota. tapi.. aku tipe co-mother yang kebanyakan tidur, heuheu. punten ya tetehku sayang..

repot juga menjadi ibu muda, apalagi pengalaman pertama. teh euis yang mengemban beberapa amanah, tampak kurang fokus kutengok. tentu saja, de'uchan (bagusan mana: de'uus atau de'uchan?) menjadi prioritas utama sekarang. hm.. tampak nikmat sekali menjadi ibu ;) (pikiran ini sedikit berubah saat pagi datang, ngurusin pubnya d'uchan menimbulkan trauma kecil, jacob's cracker ko kadang tercium berbeda -> cuci tangannya aja yang g bener!! heuheu).

bayi itu benar-benar (k'rafa.. ini penekanan namanya) bergantung pada orangtua. tangisannya menjadi bahasa paling mudah dipahami (mungkin bahasa inggris perlu diganti dengan bahasa bayi). perasaan bunyinya sama aja, tapi treatment yang teteh kasih selalu tepat. tapi.. kalo beneran diganti, cuma sang ibu saja yang memahami. susah juga deng..

melihat pengorbanan teh euis semalaman suntuk (kurang tidur pastinya..), aku jadi membayangkan perjuangan mama. repotnya mengurus 3 anak (mas arie, mba dea, dan aku) yang masih balita di jakarta, tanah tanpa saudara kandung. seingatku, kami bertiga jauh dari sebutan anak manis. banyak berantem, banyak jajan, banyak nangis, banyak nyusahin deh =P. cinta tanpa syarat itu memang milik orangtua..

mamaku cantik lho (turun gitu ke anaknya, anaknya yang mana??). dari garis wajah, perawakan, dan pola perasaan; mama sangat mirip dengan ema (nenekku). tapi mama lebih nyunda, sedangkan nenek lebih kelihatan blasteran sunda-belanda (lucu ya, menemukan cinta di tengah kemelut bambu runcing dan senjata api).

mama, koki paling cihuy sepanjang masa. bapakku aja sampe males makan di luar. sayangnya keahlian ini turun 100% ke mba dea, bukan aku. aku mah cuman kebagian motong-motong sayuran, ngiris dan ngupas bawang, akhirnya beresin bekas masak deh..

mama.. dengan penuh kerelaan, meninggalkan pekerjaannya demi mengurus keluarga, menjadi ibu rumah tangga tho. sekarang aktif banget di lingkungan rumah, bersama ibu-ibu pengajian. alhamdulillah..

pun aku setuju bahwa tugas utama wanita adalah mengurus keluarga dan menjadi ibu rumah tangga adalah hal yang mulia. namun, kebutuhan untuk dapat berkontribusi bagi masyarakat membuat aku bermimpi menjadi seorang pendidik (bermimpi, bukan sekedar angan-angan. dengan rasionalitas, bukan tanpa perhitungan. tapi tetap penuh khayalan dung, h3). sebagai wujud syukur pada Allah juga, dengan mengoptimalkan potensi diri. tentunya bukan kacang lupa kulit ya, tetap seorang wanita.

balik lagi ke mama..

pernah suatu saat, aku beres-beres rumah (jangan tanya prosesnya, hasil akhirnya keluargaku uring-uringan karena kesulitan menemukan barang milik pribadi, saking 'rapih' dan pelupanya aku -> lupa di beresin kemana, mungkin seharusnya dicatat per barang). ada catatan syukur milik mama.. (maaf, a curi baca, ma..). lembaran kertas itu penuh dengan rasa syukur mama terhadap rizki yang Allah berikan. yang membuat mataku berkaca-kaca adalah disebutnya namaku disana (namaku dan adik2 tentunya, per orang!). so sweet, namaku dan apa yang mama syukuri karena memilikiku. hm..

jadi berkaca-kaca juga sekarang.

jika benar surga itu di telapak kakimu
maka sedang kutapaki jejak-jejak surga yang kau tinggalkan
yang harumnya tertinggal saat kukecup punggung tanganmu
maka jangan berhenti kau ucap namaku dalam doamu
karena ridha-Nya ada pada keridhaanmu

i love you, ma..

i love u coz Allah :)

2 komentar:

machmoey mengatakan...

Iya,iya bener.
meskipun mama engga ngeliatinnya,keliatannya biasa2 aja dan kadang2 kt ga nyadar jg,kt suka bikin kesel juga, tapi kita selalu ada dalam hati dan pikiranny,juga selalu ada dalam doanya.
Dan pasti ada aja kejadian yg bikin kita terharu teh..
Betapa tidak terbayangkan apa yg telah mama lakukan untuk kita2 teh.

Anonim mengatakan...

duh, jadi inget umi di rumah...
walaupun beliau tidak 100% ibu rumah tangga, tp anak2nya bisa tumbuh berkembang kayak gini...
pendidikan yang beliau ajarkan mgkn pengalamannya berpuluh tahun mengajar..makanya jangan harap bisa nonton tv sebelm semua PR dikerjakan..walau selalu dengan ketegangan, hasilnya, ya jadi seperti ini..ga jelek2 bgt kan...

hatur nuhun umi (mgkn kalimat ini jarang sekali aku utarakan....)